Minggu, 06 Desember 2015

DESA PINTAR

Pendahuluan

LATAR BELAKANG
Pengembangan TIK dewasa ini cenderung lebih banyak dinikmati oleh perusahaan-perusahaan besar, kalangan terpelajar dan terdidik, masyarakat urban dan perkotaan, sektor industri dan manufaktur di perkotaan serta masyarakat berpendapatan menengah ke atas. Pengembangan TIK belum banyak menyentuh masyarakat miskin di perdesaan, sektor pertanian, peternakan dan perikanan, serta pengusaha-pengusaha mikro dan kecil yang bergerak di sektor riil dan informal. Hal ini menyebabkan adanya digital gap atau jurang digital yang memisahkan kedua sektor dan masyarakat di atas. Perbedaan tingkat pendapatan dan pendidikan serta terlalu pesatnya perkembangan TIK di kalangan masyarakat maju menyebabkan kian tertinggalnya perkembangan dan penerapan TIK di kalangan masyarakat yang berada di belakang.
ICT4D (ICT for Development) dan ICT4S (ICT for Sustainability) adalah istilah yang dewasa ini berkembang di seluruh dunia sebagai simbol dukungan mewujudkan pengembangan TIK untuk pembangunan berkelanjutan, dimana TIK tidak hanya dibangun untuk masyarakat maju namun terutama untuk mereka yang selama ini tertinggal, dan dikembangkan untuk tujuan-tujuan transformasi sosial dan pemberdayaan masyarakat, kemandirian lokal, kebersamaan sosial dan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan.

TIK UNTUK PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
ICT (Information and Communication Technologies) atau Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dapat dikembangkan untuk keperluan mencapai dan mewujudkan tujuan-tujuan pembangunan berkelanjutan. Definisi dan paradigma  ”Pembangunan” dalam satu hal selama ini cenderung didasarkan atas pengertian umum yaitu pembangunan yang bersifat ”top-down”, yaitu pembangunan dengan inisiatif dari atas, yaitu pemerintah sebagai penyusun rencana dan anggaran pembangunan dan pada umumnya ditujukan untuk menggenjot investasi dan menggapai pertumbuhan ekonomi tinggi. ”Pembangunan” di sisi lain juga dipahami bersifat ”bottom-up”, yaitu pembangunan dengan perencanaan berdasar aspirasi dan kebutuhan dari masyarakat dan lebih ditujukan untuk mengembangkan partisipasi dan pemberdayaan masyarakat. Paradigma pembangunan ini terutama mengidentifikasi metode yang efektif untuk pembangunan di negara-negara berkembang . TIK untuk Pembangunan Berkelanjutan diperkenalkan dengan penekanan pada pola pembangunan untuk memberdayakan dan mengangkat derajat kehidupan masyarakat miskin dan tertinggal, meningkatkan partisipasi masyarakat, meningkatkan kemandirian,  menumbuhkan kembali semangat kebersamaan serta mendukung pembangunan berwawasan lingkungan.
Informasi dan komunikasi memiliki peran yang sangat penting dalam pembangunan. Di dalam melaksanakan pembangunan adalah sangat penting untuk mengelola informasi pembangunan dan mengkomunikasikannya kepada segenap pemangku kepentingan pembangunan, termasuk rakyat dan masyarakat banyak. Peran TIK yang didukung tata pemerintahan yang demokratis dan menjadi faktor penting untuk menjamin ketersediaan, keterbukaan dan penyebaran informasi kepada segenap lapisan masyarakat. Masyarakat harus lebih diberikan peran untuk mengisi maupun mengakses informasi, baik informasi yang bersifat lokal, regional hingga global. Pengelolaan informasi lebih diarahkan menggali aspirasi dan meningkatkan partisipasi masyarakat, serta sebaliknya disebarkan untuk tujuan memberdayakan dan mengembangkan semangat kebersamaan (collectiveness) masyarakat menuju kepada kemajuan bersama.
TIK untuk Pembangunan Berkelanjutan dikembangkan dengan beberapa fokus strategi sebagai berikut:
  1. Melibatkan dan meningkatkan interaksi para pemangku kepentingan, yaitu kalangan akademisi (ilmuwan sosial, pakar teknologi), praktisi teknologi, praktisi sosial, tokoh masyarakat, tokoh pengelola organisasi masyarakat, tokoh pemuda, masyarakat dari berbagai profesi, dan penduduk miskin. Kajian secara multidisiplin dengan memotret kehidupan ekonomi, sosial dan budaya masyarakat dilakukan secara terintegrasi dengan tahap pengembangan dan penerapan teknologi itu sendiri. Kajian dilakukan melalui proses yang aspiratif dan partisipatif. Solusi teknologi yang akan diterapkan harus lebih didasarkan kepada kebutuhan dan tantangan riil di masyarakat daripada kepentingan-kepentingan dari pembuat teknologi.
  2. Inovasi dan terobosan untuk memberikan solusi riil kepada masyarakat. Inovasi tidak hanya bersifat teknis, namun juga inovasi model bisnis baru dan stategi penerapannya di masyarakat. Inovasi radikal terkadang diperlukan untuk memprakarsai terobosan pemikiran menghadapi tantangan baru di masyarakat. Inovasi dan kreatifitas teknologi perlu didasarkan kepada usaha-usaha mengembangkan partisipasi, peluang usaha dan pemberdayaan masyarakat miskin dan tertinggal serta dapat diadaptasi untuk kebutuhan/ kondisi masyarakat lokal. Pengembangan teknologi (R&D) dilakukan dengan mempertimbangkan relevansi, efektifitas, skalabilitas, dan keberlanjutan finansial dan sosial.
  3. Membangun struktur kelembagaan masyarakat sebagai dasar pola sosialisasi dan pemberdayaan. TIK dikembangkan untuk mendukung berkembangnya komunitas ekonomi dan sosial desa, antara lain koperasi petani/peternak/nelayan, keuangan mikro, industri desa dan rumah tangga, klinik desa, posyandu, pendidikan alternatif, pasar rakyat, desa wisata, kelompok wanita, organisasi pemuda, dll.
  4. Pelatihan dan pendampingan, termasuk membangun forum komunikasi di website, mendirikan pusat informasi dan komunikasi (Gardu Infokom) di desa, menyiapkan kader terlatih di desa, menyusun dokumentasi berupa buku petunjuk maupun CD tutorial, dan menyiapkan pusat layanan di tingkat nasional yang siap membantu pengguna layanan baik dari sisi teknis maupun pelayanan lainnya.
TIK adalah alat untuk menstimulasi pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan melalui dimensi:
  1. Peningkatan efisiensi, efektifitas dan keberlanjutan
  2. Peningkatan transparansi informasi
  3. Peningkatan daya saing dan kemandirian
  4. Pengembangan kesempatan dan model bisnis baru
  5. Pemberdayaan masyarakat terutama masyarakat miskin dan tertinggal

TUJUAN
Tujuan dari program TIK untuk Pembangunan Berkelanjutan terutama adalah membangun, mengembangkan dan menerapkan TIK untuk lapisan masyarakat yang selama ini tertinggal, yaitu terutama masyarakat berpendapatan menengah ke bawah, masyarakat miskin di perdesaan, sektor informal, usaha mikro dan kecil, sektor pertanian/ peternakan/ perikanan. Hasil (output) yang diharapkan adalah untuk dapat sekaligus mewujudkan komunitas Desa Pintar Hijau atau Green Smart Village yang bercirikan antara lain sebagai berikut :
  1. Terjadi proses transformasi sosial (social change) ke arah kemajuan di kawasan dan pemberdayaan (empowerment) ekonomi masyarakat desa yang ditandai dengan:
    1. Peningkatan pendapatan masyarakat
    2. Peningkatan peran dan partisipasi masyarakat dalam pembangunan
    3. Peningkatan peluang usaha dan pemberdayaan sektor riil/informal (UMKM)
    4. Peningkatan akses masyarakat miskin kepada informasi lokal hingga global
  2. Terwujudnya kemandirian (self reliance) terutama kemandirian ekonomi, energy, dan informasi di kawasan melalui pemanfaatan sumber daya lokal dengan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek)
  3. Berkembangnya semangat kebersamaan (collectiveness) terutama kesadaran kolektif dalam mengelola potensi-potensi sumber daya lokal menuju kemajuan bersama, melalui peningkatan peran kelembagaan dan kewirausahaan
  4. Terwujudnya pembangunan kawasan yang berkelanjutan (sustainable) yang berwawasan lingkungan dan iptek

SASARAN
Sasaran atau dampak (outcome) yang diharapkan dari program pengembangan Desa Pintar Hijau berbasis TIK untuk Pembangunan Berkelanjutan dijabarkan dalam 6 hal berikut :
  1. Pengembangan dan Pemanfaatan Arsitektur Jaringan Komunikasi
    Yaitu berkembangnya infrastruktur jaringan komunikasi dan internet hingga ke kecamatan dan desa-desa didukung perangkat keras dan perangkat lunak yang memadai untuk  menunjang keberhasilan program ini
  1. Keterbukaan informasi serta stimulasi ekonomi dan keilmuan
    Program ini dapat memicu keterbukaan informasi di kalangan masyarakat dan merangsang pertumbuhan ekonomi rakyat serta penyebaran ilmu pengetahuan.
  1. Pengembangan inovasi dan kreatifitas masyarakat
    Dengan adanya kemudahan akses terhadap informasi yang tak terbatas mendorong keingintahuan masyarakat terhadap hal-hal baru, terutama dalam pemanfaatan teknologi, yang untuk selanjutnya menstimulasi kreatifitas dan inovasi di kalangan masyarakat
  2. Stimulasi terhadap sisi usaha dan kewirausahaan
    Dengan adanya program ini dapat memudahkan akses masyarakat terhadap kredit-kredit usaha yang disalurkan oleh pemerintah maupun lembaga keuangan, untuk pada saatnya dapat merangsang jiwa kewirausahaan dan memicu pertumbuhan ekonomi di sektor riil dan informal
  1. Tatanan pemerintahan yang lebih partisipatif dan demokrasi
    Adanya program ini dapat lebih mengembangkan tatanan pemerintahan yang lebih partisipatif terhadap aspirasi masyarakat dan peningkatan kehidupan berdemokrasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
  1. Keseimbangan aspek lingkungan, sosial dan ekonomi
    Adanya program ini dapat menciptakan pengembangan wilayah dan daerah yang berkelanjutan dimana terdapat keseimbangan antara aspek lingkungan, aspek sosial dan aspek ekonomi.

Pendekatan Teknis 

CLOUD COMPUTING
Kemunculan Cloud Computingdilatarbelakangi oleh kebutuhan dunia industri dan komputerisasi akan pemanfaatan bersama sumber daya komputasi yang tersebar namun dapat digunakan sesuai keperluan. Cloud Computingdalam salah satu definisinya adalah sebuah model yang memungkinkan adanya penggunaan sumber daya (resource) secara bersama-sama dan mudah, menyediakan jaringan akses telekomunikasi di mana-mana, dapat dilakukan konfigurasi, dan layanan dapat digunakan sesuai dengan keperluan (on demand). Sebagai sebuah teknologi yang memungkinkan penggunaan sumber daya (resource) secara bersama-sama, Cloud Computing sangat mendukung isu teknologi hijau, dimana akan menggunakan energi secara lebih efektif, efisien dan hemat energi, memberikan layanan secara lebih cepat, dan meminimalisir interaksi antara pengguna dan dengan penyedia layanan (vendor/provider).
Sebagai sebuah teknologi, akan terdapat yang dinamakan SLA (Service Level Agreement) di antara penyedia layanan berbasis Cloud Computing dengan pengguna akhir (end user). SLA merupakan perjanjian mengikat yang harus dipatuhi bersama antara penyedia layanan dengan para pengguna layanan tersebut.
Perkembangan teknologi perangkat keras, teknologi perangkat lunak dan teknologi jaringan, terutama teknologi internet turut menjadi pendukung utama perkembangan dan pemanfaatan teknologi Cloud Computing dalam berbagai bidang kehidupan dan pekerjaan. Tiga jenis layanan utama padaCloud Computing  mencakup dari sisi aplikasi, sisi platform dan sisi infrastruktur. Dari sisideployment terdapat empat jenis Cloud Computing berdasarkan kondisi jaringan, cakupan pengguna dan spesifikasi kebutuhan dari pengguna, yaitu Private Cloud,Public Cloud, Community Cloud, dan  Hybrid Cloud.
Beberapa kelebihan yang ditawarkan oleh teknologi Cloud Computing antaran lain:
  1. Kemudahan menggunakan aplikasi secara online dan bersama-sama tanpa perlu instalasi dan konfigurasi (contoh, layanan SAAS, Software As A Sevice).
  2. Dapat diterapkan di jaringan lokal (intranet), publik (internet) maupun keduanya.
  3. Penghematan biaya terkait poin 1 dan 2
  4. Layanan penyimpanan data dan informasi secara online
  5. Layanan komputasi dengan sistem tersebar
  6. Kemudahan untuk digunakan di sebanyak mungkin sistem operasi dan komputer
  7. Kemudahan di dalam pengembangan aplikasi secara bersama sesuai kebutuhan (contoh, layanan PAAS,Platform As A Service).
  8. Kemudahan di dalam berbagi dan menggunakan layanan infrastruktur, baik perangkat keras maupun perangkat lunak dan kombinasi keduanya (contoh, layanan IAAS,Infrastructure As A Service).

DESA PINTAR HIJAU
Smart Village adalah pengembangan dari pengertian Smart City yang sebelumnya lebih dikenal. Green Smart Village adalah pengembangan dari istilah Smart Village yang dapat didefinisikan secara harfiah sebagai Desa Pintar Hijau, yaitu suatu konsep pengembangan dan penerapan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) berbasis komunitas desa sebagai sebuah interaksi yang kompleks di antara berbagai sistem yang ada di dalamnya. Di sini desa mewakili sebuah wilayah di mana terdapat berbagai aktifitas dan kegiatan seperti pemerintahan, pendidikan, kesehatan, perdagangan, pertanian/peternakan/perikanan, industri rumah tangga, kegiatan budaya dan kemasyarakatan, dan lain-lain. Berikut ini adalah tiga dimensi dalam pengembangan Desa Pintar Hijau:
  1. Technology, yaitu dimensi yang mencakup teknologi yang digunakan dalam pengembangan
  2. People, yaitu dimensi yang menunjukkan bahwa Green Smart Village dapat membantu mengembangkan meningkatkan pengetahuan, inovasi, produktifitas, rasa kemanusiaan dan wawasan lingkungan di tengah masyarakat, serta dapat menjadi media pembelajaran bagi masyarakat
  3. Community, yaitu dimensi di mana dengan penerapan teknologi yang didukung banyak orang maka diharapkan dapat menciptakan suatu komunitas pintar dan mampu menciptakan memiliki nilai tambah di wilayah bersangkutan.
Desa Pintar Hijau memiliki perbedaan dengan konsep Smart City yang lebih dulu dikenal. Konsep Smart City terutama lebih menekankan aspek kota sebagai pusat pertumbuhan ekonomi yang dicapai melalui peningkatan kualitas layanan publik. Kebijakan dan konsep Smart City terutama lebih bersifat top-down di mana TIK diterapkan dengan penduduk kota sebagaiend-user yang diharapkan dengan cepat belajar dan memanfaatkan fasilitas-fasilitas yang telah disediakan. Berbeda dengan Smart City, konsep Desa Pintar Hijau lebih menekankan pada aspek perubahan sosial, pemberdayaan, kemandirian, kebersamaan dan keberlanjutan, dimana di dalamnya lebih dulu mengkaji dan memperhatikan aspirasi kebutuhan perekonomian rakyat dan masyarakat berpendapatan menengah ke bawah yang selama ini terpinggirkan. Pengembangan Desa Pintar Hijau dilakukan dengan pola berbasis komunitas dengan salah satu tujuan utama untuk meningkatnya peran dan partisipasi masyarakat dalam pembangunan kawasan, sehingga untuk menerapkannya harus dilakukan perencanaan dan pemetaan masalah melalui proses kajian yang memperhatikan latar belakang sosial, ekonomi dan budaya masyarakat setempat. Untuk itu kajian secara multidisiplin baik dari segi sosiologi, sejarah, politik dan ekonomi mutlak harus dilakukan terlebih dahulu sebelum pendekatan secara teknologi diterapkan.

PENGEMBANGAN CLOUD COMPUTING DAN DESA PINTAR HIJAU
Cloud Computing memiliki peran penting dalam pengembangan Desa Pintar Hijau. Cloud Computing merupakan salah satu teknologi pendukung Desa Pintar Hijau. Cloud Computing dan Desa Pintar Hijau dapat menjadi satu kesatuan yang utuh di dalam penerapan dan pengembangannya. Di dalam Desa Pintar Hijau, Cloud Computing dapat menyediakan jenis layanan (aplikasi, platform dan infrastruktur), media penyimpanan data dan informasi (cloud storage), media jaringan komputer dan sumber daya komputasi bersama.
Pengembangan Cloud Computing dan Desa Pintar Hijau dilakukan terutama dalam pengembangan jaringan telekomunikasi berbasis internet hingga ke desa-desa (kelurahan-kelurahan) dan aplikasi-aplikasi pendukungnya. Aplikasi pendukung dapat terbagi dalam enam bidang aktifitas dan kegiatan, yaitu:
  1. Pemerintahan
  2. Pendidikan
  3. Kesehatan
  4. Lingkungan
  5. Kewirausahaan dan Perekonomian Rakyat
  6. Pembangunan Masyarakat dan Media Sosial
Berikut ini diuraikan beberapa contoh aplikasi pendukung Desa Pintar Hijau yang dibagi dalam enam bidang aktifitas dan kegiatan di atas:
  1. Pemerintahan
    1. TIK untuk administrasi kelurahan (e-Kelurahan)
    2. TIK untuk pengelolaan anggaran dan keuangan desa (e-APBDes)
    3. TIK untuk pengelolaan perizinan (e-Perizinan)
  2. Pendidikan
    1. TIK untuk pengelolaan administrasi dan keuangan sekolah (e-Sekolah)
    2. TIK untuk pembelajaran (e-Learning)
  3. Kesehatan
    1. TIK untuk pengelolaan klinik desa (e-Klinik)
    2. TIK untuk pemetaan dan informasi kesehatan kawasan (e-Kesehatan)
  4. Lingkungan
    1. TIK untuk konsumsi dan efisiensi energi (e-Energi)
    2. TIK untuk manajemen dan pemasaran industri energi (e-EcoIndustri)
    3. TIK untuk manajemen landscape ecology dan biodiversity (e-Biodiversity)
    4. TIK untuk manajemen resiko lingkungan (e-Environment)
    5. TIK untuk pemanfaatan SDA yang berkelanjutan (e-NaturalResources)
  5. Kewirausahaan dan Perekonomian Rakyat
    1. TIK untuk manajemen koperasi simpan pinjam (e-Koperasi)
    2. TIK untuk manajemen logistik dan pemasaran (e-Logistik)
    3. TIK untuk manajemen keuangan dan perdagangan UMKM (e-Toko)
    4. TIK untuk manajemen desa wisata (e-Tourism)
    5. TIK untuk manajemen produksi petani/peternak/nelayan (e-Petani)
    6. TIK untuk perdagangan online UMKM (e-UMKM)
  6. Pembangunan Masyarakat dan Media Sosial
    1. Website Profil dan Potensi Desa
    2. Forum Diskusi/Komunitas Online
    3. Pemanfaatan Media Sosial

KENDALA
Beberapa kendala yang perlu dicermati dalam penerapan program Cloud Computing dan Desa Pintar Hijau antara lain:
  1. Ketersediaan Infrastruktur Jaringan dan Pendukung
    Ketersediaan infrastruktur jaringan komunikasi, terutama internet, yang belum merata di Indonesia menjadi tantangan yang kuat dihadapi. Diperlukan dukungan dana besar dan komitmen kepemimpinan untuk merealisasikan hal ini
  1. Kesenjangan Digital
    Kondisi dimana masih terdapat gap (perbedaan/ jarak) antara mereka yang memperoleh kemudahan akses informasi dan teknologi maju dengan mereka yang masih memiliki hambatan/ keterbatasan. Perbedaan terutama di antara mereka yang tinggal di perkotaan dan pedesaan, berpendidikan tinggi dan rendah, berpendapatan menengah ke atas dan menengah hingga miskin, sektor industri maju dengan sektor ekonomi rakyat/ informal/ UMKM
  1. Keamanan Data dan Informasi
    Keamanan data dan informasi menjadi isu penting dalam penerapan cloud computing karena informasi pada tingkat ini dapat diakses di level publik (umum). Untuk itu keamanan data dan informasi harus dapat dijamin oleh penyedia layanan yang didukung oleh
    1. Teknologi dan sistem keamanan yang reliable
    2. Regulasi dan aturan mengenai keamanan data internet
    3. Kepedulian dan kepatuhan masyarakat terhadap keamanan data dan informasi serta ruang privasi
  1. Birokrasi dan Kepemimpinan
    Kepemimpinan dan birokrasi yang mendukung terhadap keterbukaan dan pengelolaan informasi dan usaha-usaha peningkatan kualitas SDM dalam era keterbukaan informasi
  1. Komitmen dan Peran Serta Bersama segenap elemen masyarakat
    Komitmen dan peran serta masyarakat luas dalam era keterbukaan informasi menjadi hal penting dalam program ini, terutama dalam usaha-usaha mengurangi kesenjangan digital dan penyebarluasan pengetahuan dan teknologi di kalangan masyarakat





REFERENSI
Pratama, I Putu Agus Eka, 2014, Smart City Beserta Cloud Computing dan Teknologi-Teknologi Pendukung Lainnya, Penerbit Informatika, Bandung, Indonesia
Santosa, Awan, 2015, Pengembangan Kewirausahaan Hijau Berbasis Komunitas Lokal untuk Meningkatkan Pemanfaatan Sumber Daya Terbarukan di Indonesia, Mubyarto Institute, Yogyakarta, Indonesia
Tongia R., Subrahmanian E., Arunachalam VS., 2005, Information and Communications Technology for Sustainable Development, Defining a Global Research Agenda, Allied Publishers Pvt. Ltd., India
Unwin, Tim (Ed.), 2009, ICT4D : Information and Communication Technology for Development, Cambridge University Press, Cambridge, UK

1 komentar:

  1. Mbak, tulisannya sangat menarik. Kebetulan saya sedang menulis tentang soal desa, saya ingin izin mengutip beberapa bagian tulisan ini. Terimakasih

    BalasHapus